Dan dengarkan, dengarkanlah kisah dari sahabat nabi nan mulia Umar bin
Khotob Rhodhiyalloohu 'anhu.
Sungguh sosok pemimpin yang penuh
kemuliaan dan teladan, serta penuh perhatiannya akan kesejahteraan rakyatnya.
Bliau berusaha selalu memastikan kondisi rakyatnya hingga malam pun beliau rela
berkeliling untuk memastikan kondisinya.
Khalifah Umar Bin Khotob suatu
ketika berkeliling pada malam hari untuk memastikan kondisi rakyatnya.
Sampailah beliau di suatu tenda yang berjarak sekitar 3 mil dari kota Madinah. Beliau
melihat seorang wanita bersama anak –
anaknya yang masih kecil menangis ada disekelilingnya.
Lantas terjadilah dialog Umar
dengan wanita tersebut:
Dan Umarpun menanyakan keadaan
anak tersebut.
Lantas wanita tersebut menjawab’Kami
ditimpa hawa dingin dan kegelapan malam’
Umar bertanya’Lalu mengapa mereka
menangis?’
Wanita itu menjawab ‘Mereka
menangis karena lapar.’
Umar bertanya lagi ‘Apa yang ada
dalam periuk itu?’
Wanita itu menjawab, “Air”.
Sengaja aku memasaka air untuk membuat mereka diam dan tertidur
Kemudian wanita itu berkata, ‘Allah
menjadikan kami saksi atas Umar’
Dan wanita tersebut tidaklah
mengetahui, bahwa sesungguhnya sososk yang sedang berbicara dengannya adalah
Khalifah Umar.
Lantas Umar berkata ‘Semoga ALLOH
memberi rahmat kepadamu . Umar tidak mengetahui keadaan kalian.
Dan wanita tersebut menyahut ‘Subhanallooh,
dia yang diamanahi mengurus kepentingan kami, malah melalaikan nasib kami’
Setelah kejadian tersebut ,
lantas Umar bergegas pergi.
Dana apakah sekiranya yang
diakukan Umar???
Umar ternyata segera pergi ke
Baitul mal dan kembali ke tenda tempat wanita tersebut beserta anak – anak kecilnya.
Bliau memanggul makanan diatas pundaknya. Memikul karung – karung berisi gandum
dan minyak.
Dan ini beliau lakukan sendiri
tanpa meminta bantuan orang lain, walauapun sekiranya bagi beliau untuk
memerintahkan hal itu sangatlah mudah. Namun tidak, beliau nda melakukannya.
Dan Umar berpegang prinsip bahwa
orang lain tidak akan menanggung dosanya pada hari kiamat nanti.
Setelah itu segeralah Umar
memasak bahan makanan yang ia bawa tadi untuk anak – anak kecil wanita
tersebut. Dan dalam benak wanita tersebut merasa terheran, berkatalah ia:
‘Semoga ALLOH membalas
kebaikanmu. Demi ALLOH engkau lebih pantas menjadi pemimpin kami daripada Umar’
MasyaALLOH..
Begitu mulianya sahabat Umar ini,
meskipun begitu tak lantas mengatakan bahwa akulah Umar.
Kesejahteraan bagi rakyatnya jauh
lebih utama, dari pada sebuah lebel sebutan pemimpin. Sebuah rasa tanggung
jawab yang begitu mulianya..
-- 22.37 ; Ahad, 30 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar