Bismillah
Sebelum memulai tulisan ini, bukanlah berarti
merasa paling baik. Bukan, bukan itu. Tetapi ini juga sebagai pengingat diri
dan mudah - mudahan bisa bersama beriringan untuk demikian.
Ibda Bin nafsi...
Aku aman bagimu...
Rosulullooh suri tauladan kita telah mencontohkan
dan bersabda dalam haditsnya yang artinya:
“Setiap
muslim itu bersaudara. Maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya,
mendustakannya, ataupun menghinanya. (Lalu beliau bersabda) Cukuplah seseorang
dikatakan telah berbuat keburukan jika ia menghina saudaranya sesama muslim.
Darah, harta, dan kehormatan setiap muslim atas, muslim lainnya adalah haram
(untuk diganggu)” (H.R Muslim)
Dari Abu Musa, beliau menceritakan
bahwa para Sahabat bertanya kepada Rosulullooh, “Wahai Rosulullooh! Islam manakah yang lebih utama?”
Beliau menjawab, “Yaitu orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari
gangguan lisan dan tangannya.” (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Dalam penjelasan Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani), Beliau
berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu
karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang
terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan
tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan
bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui
tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh
tulisan”.
Dalam Hadits riwayat
Thabrani Rosulullooh pun bersabda yang artinya:
“Orang mukmin yang paling utama keislamannya
adalah mana orang-orang muslim selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya dari
orang-orang muslim lainnya, orang mukmin yang paling utama keimanannya adalah
orang yang paling baik di antara mereka perangainya, orang berhijrah yang
paling utama adalah mereka yang berhijrah dari segala sesuatu yang dilarang
ALLOH Ta’ala, dan jihad yang paling utama ialah orang yang berjihad (mengendalikan)
nafsunya dalam Dzat ALLOH.”
Seseorang muslim hendaklah dia menjaga lidah dan
tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain. Gangguan diatas dapat berupa
gangguan sampai pada taraf menzhalimi, ataukah gangguan yang ringan atau
kecil yang mungkin kaum muslimin sadar ataupun tidak sadar terjatuh kedalamnya.
Baik ketika dihadapannya atukah tidak.
Sehingga hendaklah kehati – hatian itu
dibiasakan. Agar apa yang terlaku, terkata, tertulis ataukah tersirat
menjadikan ketenangan, ketentraman, kesejukan dan aman itu kan tercipta. Denga
berfikir dan pertimbangkan dahulu sebelumnya. Sehingga tidak menimbulkan
kemudhorotan serta kerusakan. Sedari itu maka kehati hatian hendaklah selalu
dipertimbangkan.
Karena tiada hal yang kecil dimata ALLOH. Walau
seberat dzarahpun, semua diperhitungkan. Dan dihari kelak pun akan dinampakkan
dan dipertanggungjawabkan dihadapanNYA.
Dalam suatu hadits Rosulullloh bersabda yang
artinya :
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak
dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang
dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” (H.R Bukhari Muslim)
Maka sedari itu, selimutkan rasa malu dan takut
kepadaNYA, mudah – mudahan itu sebagai penjaga. Pun ketika telah melakukan itu
maka segera tersadarlah, dan tidak untuk mengulang hal yang sama lagi.
Semoga ALLOH berikan petunjuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar