Semoga tak terlupa membaca QS. Al Kahfi.
Kamis, 16 Oktober 2014
Senin, 13 Oktober 2014
RENUNGKANLAH
Bismillah
Sebelum memulai tulisan ini, bukanlah berarti
merasa paling baik. Bukan, bukan itu. Tetapi ini juga sebagai pengingat diri
dan mudah - mudahan bisa bersama beriringan untuk demikian.
Ibda Bin nafsi...
Aku aman bagimu...
Rosulullooh suri tauladan kita telah mencontohkan
dan bersabda dalam haditsnya yang artinya:
“Setiap
muslim itu bersaudara. Maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya,
mendustakannya, ataupun menghinanya. (Lalu beliau bersabda) Cukuplah seseorang
dikatakan telah berbuat keburukan jika ia menghina saudaranya sesama muslim.
Darah, harta, dan kehormatan setiap muslim atas, muslim lainnya adalah haram
(untuk diganggu)” (H.R Muslim)
Dari Abu Musa, beliau menceritakan
bahwa para Sahabat bertanya kepada Rosulullooh, “Wahai Rosulullooh! Islam manakah yang lebih utama?”
Beliau menjawab, “Yaitu orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari
gangguan lisan dan tangannya.” (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Dalam penjelasan Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani), Beliau
berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu
karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang
terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan
tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan
bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui
tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh
tulisan”.
Dalam Hadits riwayat
Thabrani Rosulullooh pun bersabda yang artinya:
“Orang mukmin yang paling utama keislamannya
adalah mana orang-orang muslim selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya dari
orang-orang muslim lainnya, orang mukmin yang paling utama keimanannya adalah
orang yang paling baik di antara mereka perangainya, orang berhijrah yang
paling utama adalah mereka yang berhijrah dari segala sesuatu yang dilarang
ALLOH Ta’ala, dan jihad yang paling utama ialah orang yang berjihad (mengendalikan)
nafsunya dalam Dzat ALLOH.”
Seseorang muslim hendaklah dia menjaga lidah dan
tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain. Gangguan diatas dapat berupa
gangguan sampai pada taraf menzhalimi, ataukah gangguan yang ringan atau
kecil yang mungkin kaum muslimin sadar ataupun tidak sadar terjatuh kedalamnya.
Baik ketika dihadapannya atukah tidak.
Sehingga hendaklah kehati – hatian itu
dibiasakan. Agar apa yang terlaku, terkata, tertulis ataukah tersirat
menjadikan ketenangan, ketentraman, kesejukan dan aman itu kan tercipta. Denga
berfikir dan pertimbangkan dahulu sebelumnya. Sehingga tidak menimbulkan
kemudhorotan serta kerusakan. Sedari itu maka kehati hatian hendaklah selalu
dipertimbangkan.
Karena tiada hal yang kecil dimata ALLOH. Walau
seberat dzarahpun, semua diperhitungkan. Dan dihari kelak pun akan dinampakkan
dan dipertanggungjawabkan dihadapanNYA.
Dalam suatu hadits Rosulullloh bersabda yang
artinya :
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak
dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang
dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” (H.R Bukhari Muslim)
Maka sedari itu, selimutkan rasa malu dan takut
kepadaNYA, mudah – mudahan itu sebagai penjaga. Pun ketika telah melakukan itu
maka segera tersadarlah, dan tidak untuk mengulang hal yang sama lagi.
Semoga ALLOH berikan petunjuk.
Jumat, 25 Juli 2014
Kepompong Ramadhan
Kau liat kupu –kupu? Indah
bukan..
Mah suci ALLOH yang
telah menciptakannya.
Belajar dari ciptaan
ayat kauniyahnya ini membawa kita pada sebuah perenungan, ya perenungan.. dan semoga
dapat mengambil hikmah darinya.
Kau tahu? Kala sebelum
menjadi kupu nan indah.. ternyata ia harus melalui berbagai proses. Proses
metamorfosis : telur-ulat-kepompong-kupu-kupu. he.. kaya jadi pelajaran anak
sekolah ya.. =)
Dalam perubahan pada
metamorfosis kupu-kupu ini terjadilah perubahan yang sangat mencolok antara ketika
kehidupan di masa mudanya dengan masa dewasanya.
Tatkla fase telur dan kemudian menetas menjadi ulat, ia memiliki karakter bentuknya
yang menjijikan dan perilakunya yang tidak baik, merusak daun-daunan tumbuhan
sehingga sebagai hama tanaman. Tetapi setelah mengalami bentuk kepompong, ia tidak makan/berpuasa selama ± 7-14 hari, dan hasilnya menjadi kupu-kupu yang bentuknya menarik,
dan perilakunya pun menjadi baik, karena ia mengisap madu dan membantu
penyerbukan bunga.
Pada masa kepompong
inilah diidentikkan dengan berpuasa manusia. Dalam fase kepompong, Ia berjuang
keras untuk beberapa waktu sebelum akhirnya ia keluar dari kulit kepopong.
Ya..dalam ramdhan
layaknya kita dalam fase kepompong. Dalam masa itu adalah masa penempaan dan perjuangan
kita menahan, menjaga hati dan anggota tubuh kita dari hawa nafsu, meningkatkan
kualitas dan kuantitas amal – amal ibadah kita agar menjadi hamba yang ALLOH
ridhoi menuju taqwa.
Dah ALLOH berfirman
dalam Q.S An Nazi’at : 40 -41, yang artinya:
“ Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya
dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah
tempat tinggalnya."
Ramadhan mengajarkan
kita untuk mengontrol diri..ya mengontrol diri.
Dan..
menuju penghujung
ramadahan. Semoga ALLOH masih memberikan kepada kita kekuatan dan keistiqomahan
dalam balut ketaatan – ketaatan serta kebaikan serta memaksimalkannya dalam
segala apa yang ALLOH ridhoi.
Dan semoga kepompong
ramadhan kita, menghantarkan layaknya kupu kupu nan indah berbalut taqwa, Aamiin.
Walau sadar berasa itu amatlah masih sangat jauh. Hanya kepadaNYAlah kita
bermohon..
Kamis, 24 Juli 2014
Sayangi Selagi Masih Ada
Sayangi selagi masih ada,
Karena..
Cinta, kasing sayang orang tua tak akan lekang oleh waktu. Nan selalu setia..
Karena..
Cinta, kasing sayang orang tua tak akan lekang oleh waktu. Nan selalu setia..
Minggu, 13 April 2014
Ingatkah..
ALLOH berfirman dalam Q.S Al Hasr: 18,
yang artinya:
‘ Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada ALLOH dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada ALLOH,
Sesungguhnya ALLOH Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.’
Perjalanan..
Jika
hidup layaknya perjalanan dengan naik kereta, maka akan ada jadwal waktu dimana
kereta akan menaikkan dan menurunkan penumpang pada satsiun dan tempat
tertentu. Dan dalam perjalanan hidup pun demikian adanya, tiap hari serta waktu
tertentu akan adanya kelahiran dan kematian yang beriringan. Entah tak tau
kapan dan dimana itu akan menyapa..
Dan
kalaulah diibaratkan pula, kita ini layaknya sedang menanam. Menanam untuk kita tuai, berupa buah di
akhirat kelak. Buah maniskah? Atau sebaliknya..
Dunia
ibarat layaknya ladang nan subur..
Tempat
menanam pohon
Dengan
bercabang jutaan kebaikan akhirat
Beranting
ketaqwaan,
Berdaun
kemuliaan,
Berbuah
manisnya iman..
Lantas,
apatah yang sedang kita tanam sekarang? Buah apa yang kan kita petik? Jikalah
perjalanan kereta hidup itu suatu saat
kan berhenti dan menurunkan kita dalam suatu stasiun tujuan kita..
Dan terkadang dalam perjalanan ini pun perlulah
kiranya adanya pemberhentian sejenak, pemberhentian untuk mengambil energi
kembali dalam ranah muhasabah..
‘Self
interrogation’ berupa muhasabah seperti yang
dikemukakan Ibnu Taimiyah yang pada intinya dimana kiranya perlu untuk mengevaluasi
apa yang telah kita lakukan selama ini, ataukah mungkin dalam seharain yang
kita jalani. Sehingga mudah – mudahan syukur itu kan ada dan senantiasa memohon
ampun manakala ada kesalahan ataukah khilaf dalam diri kita, karena
keterbatasan yang ada pada diri kita. Dan berharap menjadi lebih baik..
Dan
semoga kita diringankan untuk untuk senantiasa
dalam patikan kebaikan dan selalu ada rawatan hati kita akan hal ini. Dan mudah –
mudahan senantiasa dalam keridhoan dan keberkahanNYA dalam perjalanan ini..
Aamiin
Dan
kepadaNYA saya memohon ampun, jikalah
apa yang tertulis belum sepenuhnya diri melakukan.
..
Mengingatkan juga diri pribadi..
-- 17: 26 ; Ahad, 13 April 2014
Kamis, 03 April 2014
Pematik
Meretas dalam patikan semangat
Rangkaian kata mengantar energi semangat
Membangkit dalam memahamkan
Bersemangatlah sang pematik..
Menebar dalam rajut kebaikan nan menyejukkan
Layaknya embun
Baek kan
menggiring
Mencoba merangkul semua
Agar kebaikan nan
tercipta
Mensejahterakan..
Dan patikan semangat itu
Beriring sabar
Dalam jalan ini,
Jalan nan mulia..
-- 05:22 ; Kamis, 03 April 2014
Rabu, 02 April 2014
DIA Memanggilmu..
Adzan
dzuhur berkumundang..
Kulangkahkan
kakiku bersama beberapa teman seusai perkuliahan semenjak dari pagi, menuju
mushola yang ada di lante 1 kampusku. Dan kami menuju tempat wudhu, hah..menyegakan..
setelah beraktiivtas dari pagi kala itu. Air wudhu memang menyegarkan..
Setelah
itu, Kuberjalan menuju lemari tempat mukena, kuambil lantas ku kenakan mukena itu. Sebelum
sempurna kupakai, tak sengaja mataku melihat nampak dari kejauhan pintu mushola
sayap utara sesosok yang dipapah temannya. Pelan berjalannya..pelan..ya pelan..
Sabar sekali teman ini menuntun laki – laki tersebut. MasyaALLOH, setelah
hampir dekat dengan pintu mushola ternyata baru ku tahu nampak bahwa laki –
laki tersebut tak bisa melihat dengan sempurna. Teman tadi masih dengan
setianya memapah laki – laki tersebut menuju tempat wudhu, maka berwudhulah
laki – laki tersebut. Dan setelah laki – laki tersebut selesai barulah sang
sahabat yang menuntun tadi lantas berwudhu. Dipapahlah lagi sang laki – laki
tersebut ke tempat sholat..pela..pelan.. dan dengan begitu sabarnya..
Subhanalloh..hampir
tetegun melihat sampai beberapa saat..
Ahh..
teringat kejadian sekitar satu semester yang lalu itu, sekelibat teringat pula
kisah sahabat Rosululloh, Ibnu Ummi Maktum. Beliau adalah seorang sahabat yang
daikaruniai keterbatasan penglihaan/buta.
Didalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata : “Telah datang kepada Nabi Sholalloohu
‘alaihi Wa Sallam seorang laki-laki buta dan berkata, ‘Wahai Rosulullooh
sesungguhnya aku tidak memilki seorang penuntun pun yang bisa mengajakku ke masjid.’
Dan dia meminta kepada Rosulullooh Sholalloohu ‘alaihi wa Sallam agar
memberikannya rukhshoh (keringanan) agar dirinya sholat di rumah maka kemudian
Rosulullooh pun memberikan rukhshoh kepadanya. Namun ketika orang itu
membalikkan badannya Rosulullooh Sholaloohu ‘alaihi wa Sallam memanggilnya dan
berkata, ‘Apakah engkau mendengar panggilan (adzan) untuk sholat? ’ dia
menjawab,’ya’, Beliau Sholalloohu ‘alaihi wa Sallam berkata, ‘Sambutlah’." (HR. Muslim)
MasyaALLOH.. bagaimanakah tidak,
sesosok pemuda dengan keterbatasan penglihatnnya begitu semangatnya bersegera
mendahulukan mendatangi panggilanNYA kala dikumandangkan. Dan terlebih lagi kisah
Sahabat Ibnu Ummi Maktum meskipun beliau meminta keringanan, ternyata Rosulullooh tetap memintanya untuk menghadiri
panggilan tadi.
Lantas bagaimanakah dengan diri
kita dengan kondisi yang sehat tanpa kendala, dikala mendengar panggilan untuk
menghadapNYA?
..Nasehat diri..
-- 23:17 ; Rabu, 02 April 2014
Langganan:
Postingan (Atom)